Konferensi AI Journey 2025 kembali menarik perhatian dunia sebagai salah satu forum teknologi kecerdasan buatan paling bergengsi di dunia. Diselenggarakan pada 19 – 21 November 2025 di Sberbank Headquarters, Moscow – Rusia, acara ini mempertemukan pemimpin negara, ilmuwan, peneliti, hingga pelaku industri untuk membahas masa depan kecerdasan artifisial dari berbagai perspektif global.
Selama tiga hari penyelenggaraan, rangkaian agenda meliputi Plenary Session, Exhibition, serta Special Sessions yang dibagi dalam tiga jalur utama: Society, Business, dan Science. Format menyeluruh ini memungkinkan diskusi lintas sektor yang kaya—mulai dari kebijakan publik, teknologi industri, hingga riset ilmiah mutakhir.
Plenary Session menjadi panggung utama yang paling ditunggu. Dalam sesi bertajuk “Future with AI”, Presiden Rusia Vladimir Putin menekankan bahwa AI kini menjadi elemen strategis yang menentukan daya saing dan kedaulatan sebuah negara. Ia menyoroti perlunya membangun infrastruktur komputasi nasional yang kuat—mulai dari pusat data hingga teknologi semikonduktor—serta pentingnya standardisasi etika dan regulasi AI.
CEO Sberbank, Herman Gref, yang memoderatori sesi tersebut, menyampaikan bahwa AI telah masuk ke lapisan terdalam kehidupan manusia dan industri. Menurutnya, tantangan besar ke depan adalah bagaimana masyarakat dapat beradaptasi dengan transformasi yang terjadi begitu cepat akibat perkembangan AI generatif dan otomatisasi.
Dalam plenary session yang sama, sejumlah pakar terkemuka dunia turut diundang sebagai pembicara:
• Evgeny Burnaev (AI Center, Skoltech) memaparkan lompatan industri dari otomatisasi tradisional menuju sistem produksi yang semakin otonom berkat kemajuan model-model AI.
• Dr. Ajith Abraham (Sai University, India) menyampaikan hasil riset dari International AI Alliance yang menunjukkan bagaimana AI generatif mempercepat inovasi sains dan penelitian lintas bidang.
• Chen Qiufan, penulis futuristik dan Presiden Kehormatan Asosiasi Penulis Fiksi Ilmiah Tiongkok, memberikan perspektif humanis tentang masa depan manusia dalam dunia yang dikelilingi multi-agen AI—mulai dari dokter digital hingga penasihat keuangan personal.
Kehadiran para ilmuwan dan pemikir ini dalam sesi Plenary semakin menegaskan bahwa AI Journey bukan hanya diskusi teknis, tetapi forum strategis yang memadukan visi politik, ekonomi, dan kemanusiaan.
Di tengah percakapan global tersebut, KORIKA (Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial) kembali memperkuat kehadirannya. Setelah bergabung dengan AI Alliance Network pada tahun 2024 dan berpartisipasi dalam AI Journey 2024, kehadiran KORIKA di AI Journey 2025 menjadi bentuk konsistensi kontribusi Indonesia dalam membangun ekosistem AI global.
AI Alliance Network terus berkembang pesat. Jika pada pembentukannya mencakup 17 institusi dari 14 negara, kini jaringan tersebut diperluas dengan 11 institusi baru dari Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Perkembangan ini menunjukkan bahwa semakin banyak negara memahami pentingnya kolaborasi transnasional dalam pengembangan AI yang aman, etis, dan bermanfaat luas.
Bagi Indonesia, partisipasi KORIKA pada dua edisi AI Journey berturut-turut memberikan keuntungan nyata: memperluas koneksi global, mempercepat akses pengetahuan, membuka peluang kolaborasi riset internasional, serta memperkuat posisi Indonesia dalam diskusi strategis global mengenai masa depan AI.
AI Journey 2025 kembali menegaskan bahwa masa depan kecerdasan artifisial bukan hanya ditentukan oleh teknologi, tetapi juga oleh kemampuan membangun kolaborasi global yang berkelanjutan. Melalui KORIKA, Indonesia melanjutkan kiprahnya dalam ekosistem AI internasional, semakin terlibat dalam dialog dunia mengenai arah teknologi yang akan membentuk masa depan umat manusia.