JAKARTA – Kemandirian Teknologi sangat penting dalam mengembangkan industri kebencanaan dan Ini harus didukung dengan teknologi dan inovasi anak bangsa untuk menjawab tantangan, salah satunya pada resiliensi berkelanjutan.
Pembahasan kemandirian tersebut menjadi topik dalam diskusi kelompok terfokus (FGD) untuk menyusun peta jalan (roadmap) Teknologi, Inovasi, dan Industrialisasi Kebencanaan untuk Resiliensi Berkelanjutan. Indonesia telah memulai dan terus mengembangkan upaya-upaya untuk kemandiran tersebut. Kegiatan ini berlangsung di Jakarta pada Kamis lalu (21/12).
BNPB bersama dengan CTIS, PT Expoindo Kayanna Mandiri menyelenggarakan kegiatan yang berlangsung sehari ini. Para pakar atau ahli dengan latar belakang keilmuan yang berbeda diundang untuk memberikan masukan terhadap draf awal peta jalan pada industrialiasi kebencanaan untuk menjawab resiliensi berkelanjutan.
Ketua Umum KORIKA Prof. Hammam Riza menjadi salah satu narasumber FGD yang diselenggarakan oleh BNPB dan CTIS dan menjelaskan tentang artificial intelligence atau AI akan membantu manusia dalam meningkatkan produktivitas dari Litbangjirap (penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan), termasuk dalam isu kebencanaan. Menurutnya AI dapat membantu dalam memahami lebih baik dan lebih cepat terkait dengan bencana.
Penyelenggaraan FGD ini didukung oleh Pemerintah Australia melalui Program Siap Siaga.
Topik teknologi dan inovasi dalam industrialisasi kebencanaan di Tanah Air merupakan tindak lanjut Pemerintah Indonesia yang digaungkan sejak Mei 2022 silam, tepatnya Platform Global untuk Pengurangan Risiko Bencana ke-7 yang berlangsung di Provinsi Bali.
Kala itu, Indonesia mengangkat gagasan resiliensi berkelanjutan pada forum internasional yang dihadiri banyak negara. Berselang satu tahun kemudian, ASEAN diadopsi gagasan resiliensi berkelanjutan yang tertuang pada Deklarasi Pemimpin ASEAN pada KTT di Jakarta tahun ini.
Pemerintah Indonesia melihat, gagasan itu untuk menjawab meningkatnya risiko sistemik, dan tantangan risiko yang saling terkait yang ditimbulkan oleh pertumbuhan populasi, urbanisasi yang pesat, dampak perubahan iklim, dan pemanfaatan sumber daya lahan yang tidak berkelanjutan, yang mengakibatkan konsekuensi negatif terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi tidak hanya di kawasan Asia Tenggara tetapi juga global.
Sumber: